Mau Tahu Cara Membuat Janji Konsultasi dengan Dokter atau Terapis?
Yuk, tonton video ini untuk panduan lengkap menggunakan aplikasi Selfcare.id, dari registrasi akun hingga membuat janji konsultasi dengan dokter atau terapis profesional.
Bagaimanakah Kondisi Kesehatan Mental Saya?
Sama seperti Gangguan atau penyakit fisik, gangguan kesehatan mental terdiri dari banyak jenis mulai gangguan derajat ringan hingga derajat sangat berat dan bisa menyerang siapa saja sejak usia dari kandungan hingga dewasa dan lansia
Self-terapis adalah anda dapat selalu terhubung dengan terapis profesional yang bersertifikasi dan memiliki ijin praktek SIP/SIPP resmi.
Temukan solusi terbaik untuk kesehatan mental Anda.
Apa manfaat Jurnaling?
Jurnaling memiliki banyak manfaat, baik untuk kesehatan mental maupun fisik. Berikut adalah beberapa manfaat utama dari jurnaling: mengurangi stres, melepaskan emosi negatif, menganalisis pikiran dan emosi, dll
Merawat kesehatan fisik dan mental secara jangka panjang memerlukan pendekatan holistik yang mencakup kebiasaan-kebiasaan baik di berbagai aspek kehidupan. Berikut adalah beberapa langkah self-care yang bisa diterapkan:1. Kesehatan FisikOlahraga rutin: Latihan fisik minimal 30 menit sehari, atau 60 menit 3 kali seminggu, seperti jalan kaki, jogging, yoga, atau berenang, dapat menjaga kebugaran tubuh dan kesehatan jantung.Pola makan seimbang: Konsumsi makanan sehat seperti sayuran, buah-buahan, protein sehat, dan biji-bijian. Batasi konsumsi makanan olahan, gula, dan lemak jenuh.Tidur cukup: Upayakan tidur 6-8 jam setiap malam untuk pemulihan fisik dan mental yang optimal.Minum air yang cukup: Hidrasi yang cukup penting untuk menjaga metabolisme dan fungsi organ.Hindari kebiasaan buruk: Kurangi atau hindari merokok, konsumsi alkohol berlebihan, dan penggunaan obat-obatan terlarang.2. Kesehatan MentalManajemen stres: Praktikkan teknik relaksasi seperti meditasi, pernapasan dalam, atau mindfulness untuk mengurangi stres.Jurnal atau menulis: Menulis pikiran atau perasaan dapat membantu melepaskan emosi yang tertahan dan memberikan perspektif baru.Batasi media sosial: Waktu berlebihan di media sosial dapat memicu kecemasan atau rasa tidak puas. Batasi penggunaan media sosial untuk menjaga kesehatan mental.Membangun hubungan sosial: Luangkan waktu untuk bersosialisasi dengan teman dan keluarga. Dukungan sosial yang kuat membantu menjaga keseimbangan mental.Konseling atau terapi: Jika merasa terbebani secara emosional, pertimbangkan untuk berbicara dengan psikolog atau terapis.3. Pengembangan DiriBelajar hal baru: Mengembangkan keterampilan atau hobi baru dapat meningkatkan kepuasan hidup dan mengurangi risiko stagnasi mental.Tetapkan tujuan: Miliki tujuan hidup yang jelas, baik jangka pendek maupun jangka panjang, agar tetap termotivasi dan fokus.Refleksi diri: Meluangkan waktu untuk mengevaluasi pencapaian dan tantangan hidup dapat membantu memahami diri sendiri dengan lebih baik.4. SpiritualitasMeditasi atau doa: Mengembangkan rutinitas spiritual, seperti meditasi atau doa, bisa memberikan kedamaian batin dan memperkuat hubungan dengan sesuatu yang lebih besar dari diri sendiri.Bersyukur: Latih rasa syukur setiap hari untuk meningkatkan kepuasan hidup dan kebahagiaan.5. Manajemen WaktuPrioritaskan waktu istirahat: Jadwalkan waktu untuk istirahat dan relaksasi agar tidak mudah merasa terbakar atau kelelahan.Tetapkan batasan: Pelajari untuk mengatakan "tidak" jika merasa terlalu banyak beban, baik dalam pekerjaan maupun kehidupan pribadi.Menjaga kesehatan fisik dan mental jangka panjang memerlukan konsistensi, komitmen, dan kesadaran diri dalam merawat diri sendiri setiap hari
Monday, 07 Oct 2024 19:01
Author: Dr. dr. I Putu Belly Sutrisna, SpKJ, M.Biomed
Melukai diri atau self-harm adalah tindakan yang dilakukan seseorang untuk merusak diri mereka sendiri sebagai cara untuk mengatasi emosi atau tekanan yang dirasakan. Meskipun kebiasaan ini sering kali disalahpahami sebagai upaya bunuh diri, penting untuk dicatat bahwa banyak orang yang melakukan self-harm tidak memiliki niat untuk mengakhiri hidup mereka. Sebaliknya, tindakan ini sering kali merupakan metode untuk mengatasi rasa sakit emosional yang mendalam atau ketidakmampuan untuk mengekspresikan perasaan mereka dengan cara yang lain.Ciri-ciri dan Alasan Melukai DiriTindakan Self-Harm: Tindakan ini bisa beragam bentuknya, mulai dari menggores kulit, membakar, hingga memukul diri sendiri. Seringkali, individu yang melukai diri tidak menunjukkan tanda-tanda fisik yang jelas, karena mereka mungkin memilih area tubuh yang tersembunyi.Emosional dan Psikologis: Banyak pelaku self-harm melakukannya sebagai cara untuk meredakan stres, kecemasan, depresi, atau kemarahan. Rasa sakit fisik yang ditimbulkan sering kali dianggap lebih mudah dihadapi dibandingkan dengan rasa sakit emosional yang dialami.Kontrol atas Emosi: Beberapa individu merasa bahwa mereka kehilangan kendali atas aspek lain dalam hidup mereka. Melukai diri dapat memberi mereka perasaan kontrol, bahkan jika hanya dalam satu elemen kehidupan mereka.Pengalaman Trauma: Pengalaman traumatis, seperti penyalahgunaan, kehilangan, atau peristiwa yang mengganggu, dapat menjadi pemicu perilaku self-harm. Dalam kasus ini, tindakan tersebut berfungsi sebagai cara untuk mengatasi rasa sakit yang belum terpahami atau dihadapi.Dampak dari Melukai DiriMelukai diri tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik individu, tetapi juga memiliki konsekuensi jangka panjang bagi kesehatan mental. Beberapa dampak yang mungkin terjadi meliputi:Meningkatkan Isolasi: Banyak pelaku self-harm merasa malu atau terasing karena perilaku mereka. Mereka mungkin menghindari interaksi sosial atau menarik diri dari hubungan yang berarti.Rasa Culpability dan Kebencian Diri: Setiap kali individu melukai diri, mereka sering merasa bersalah setelahnya, yang dapat memperburuk keadaan emosional mereka dan menciptakan siklus perilaku yang sulit untuk diatasi.Peningkatan Risiko Masalah Kesehatan Mental: Tindakan melukai diri dapat berhubungan dengan kondisi kesehatan mental lainnya, seperti depresi, kecemasan, dan gangguan makan. Dalam beberapa kasus, perilaku ini dapat meningkat seiring waktu dan mengarah pada risiko bunuh diri jika tidak ditangani dengan baik.Cara Mengatasi dan Mencari BantuanJika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami kebiasaan melukai diri, penting untuk mencari bantuan. Beberapa langkah yang dapat diambil meliputi:Mencari Dukungan Profesional: Terapis atau konselor berlisensi dapat membantu individu memahami penyebab di balik perilaku self-harm dan memberikan strategi untuk mengatasi emosi dengan cara yang lebih sehat.Membangun Jaringan Dukungan: Berbicara dengan teman atau anggota keluarga yang dipercaya dapat membantu mengurangi perasaan kesepian dan membangun jembatan komunikasi yang lebih kuat.Menggunakan Metode Pengalihan: Mengganti kebiasaan melukai diri dengan aktivitas lain yang lebih positif, seperti seni, berolahraga, atau menulis, dapat membantu melepaskan emosi tanpa merugikan diri sendiri.Mindfulness dan Teknik Relaksasi: Latihan mindfulness, meditasi, dan teknik relaksasi lainnya dapat membantu individu mengelola stres dan mengurangi dorongan untuk melukai diri.KesimpulanMelukai diri adalah perilaku yang sering kali menyakitkan dan membingungkan, baik bagi pelakunya maupun orang-orang di sekitarnya. Memahami alasan di balik tindakan ini dan konsekuensi yang dihasilkan adalah langkah penting dalam membantu individu yang menjalani pengalaman tersebut. Dengan dukungan yang tepat dan pemahaman yang lebih dalam, adalah mungkin bagi mereka untuk menemukan cara yang lebih sehat dalam menghadapi ketidaknyamanan emosional dan menciptakan kehidupan yang lebih baik dan lebih memuaskan. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal sedang berjuang dengan self-harm, jangan ragu untuk mencari bantuan – ada harapan dan pemulihan selalu mungkin.
Wednesday, 28 Aug 2024 14:37
Author: dr. Cindy Gautama, SpKJ
Pemberitaan kasus tenggelamnya seorang anak selebgram hingga menyebabkan kematian yang dilakukan oleh pacar dari ibu korban menyita perhatian banyak halayak dan warganet. Pelaku yaitu tiada lain adalah pacar dari ibu korban, saat ini telah ditahan dan ditetapkan sebagai tersangka. Sang ibu mempercayakan pengasuhan anaknya dan sering menititipkan korban kepada pelaku untuk sekedar bermain dan menemani pergi berenang. Umumnya pengasuhan anak-anak yang terjadi pada orang tua yang bercerai biasanya akan ikut dengan pasangan baru dari masing-masing kedua orangtuanya, seperti akan bersama ibu tiri, bapak tiri, pacar dari bapaknya, pacar dari ibunya, bahkan ada pula yang akan diasuh oleh tante, om, kakek-nenek atau keluarga dekat. Amankah anak yang masih kecil diasuh oleh orang dekat dari keluarga? Kekerasan pada anak justru banyak terjadi dari orang dekat seperti lingkungan keluarga. Lalu dimanakah pengasuhan yang aman bagi anak-anak setelah orang tuanya bercerai? Tentu perceraian orang tua bukan situasi yang menyenangkan bagi anak. Harapan setiap anak adalah mereka diasuh dan dibesarkan oleh kedua orangtua yang lengkap dan utuh. Disclaimer bahasan ini, bukan untuk menghakimi, bukan untuk membuat orang yang single parent menjadi down, untuk membuat mereka akhirnya menyesal dengan apa yang sudah diambilnya atau terjadi, karena yang sudah diambil adalah sudah sebuah keputusan. Jadi tidak berhak untuk dihakimi, bisa saja itu keputusan yang sudah tepat atau benar untuk diambil saat itu. Tapi ini menjadi wawasan saja agar kita tahu bagaimana cara mencegahnya. Disclaimer ini agar tidak disalahkan artikan, ini hanya terkait menjadi single parent pasca perceraian.Mungkin ada yang mengatakan single parent itu bukan pilihan, saya dalam hal ini enggak berbicara berbicara tentang norma, value, dan sebagainya tapi saya berbicara tentang hasil penelitian bahwa single parent jauh tidak diuntungkan jika dibandingkan dengan keluarga yang utuh, karena di dalam keluarga single parent itu tidak ada sosok-sosok yang bisa saling support yang lengkap, meskipun nanti saya akan jelaskan bahwa ketika nanti ada orang tua yang single parent itu bisa digantikan sengan sosok kakek-nenek atau paman, itu its ok tidak ada masalah, tapi harus ada strateginya didalamnya. Single parent juga berkemungkinan memiliki resistensi yang rendah saat menghadapi tantangan karena ini juga menjadi hal yang perlu diperhatikan, karena mungkin bebannya juga sendirian menghadapi berbagai beban dan harus lebih kuat daripada sebelumnya. Anak-anak pasca perceraian orang tuanya menunjukkan gangguan dari waktu ke waktu, dibesarkan dalam kemiskinan, orang tua tunggal, orangtua yang berpotensi mengalami depresi pasca perceraian, pola asuh yang keras, dan lain sebagainya. Anak-anak yang yang dibesarkan, anak yang dipisahkan pengasuhannya dalam konflik perkawinan, itu juga beresiko. Kesulitan di masa anak-anak dapat menyebabkan berbagai gangguan dan kemudian memungkinkan mengalami gejala depresi di masa remaja. Anak-anak yang mengalami gejala depresi di masa remaja itu biasanya memiliki kesulitan-kesulitan dimasa kecilnya. Sewaktu remaja, individu yang mengalami permasalahan depresi, diwaktu fase perkembangan sebelumnya biasanya mengalami kesulitan terkait dengan pengasuhan. Anak-anak yang orangtuanya bertengkar dan tidak rukun, selalu terjadi situasi ketegangan terus menerus, itu akan berpotensi membentuk remaja yang rentan, yang tidak sehat, sehingga nanti ketika remaja akan mudah untuk mengalami depresi, karena didalam fase perkembangan masa remaja itu juga ada tekanan-tekanan, itu juga akan membuat inividu menjadi rapuh, yang dapat juga berpotensi akan mengalami depresi atau berbagai permasalahan psikologis lainnya. Bahwa anak-anak yang tinggal dalam/dengan ibu serta pasangan memiliki penyesuaian yang paling buruk dibandingkan hanya tinggal dengan ibunya, resiko lebih menurun dengan adanya orang dewasa lain seperti kakek-nenek berada di dalam keluarganya.Jadi ketika ada Ibu single parent misalkan, si ibu juga perlu mencari social support bisa dari kakek-nenek atau orang-orang terdekat, agar si ibu tidak sendirian dan juga si ibu punya dukungan emosional dan juga anaknya ini memiliki sosok, figur, orang, yang selain ibunya itu. Perempuan pasca bercerai butuh juga laki-laki itu untuk untuk mengenali figur dengan gender yang lain secara lebih dekat. Karena itu single parent salah satunya yang perlu lebih konsen tentang pengasuhan anak-anak, memiliki resiko tersendiri. Tapi itu bukan berarti bahwa orang yang tidak single parent terbebas dari semua kondisi ini. Dalam hal ini tidak membicarakan tentang mana yang baik, mana yang buruk, dibandingkan apa dan sebagainya, tapi dalam hal ini membicarakan kenapa orang single parent itu lebih lebih rentan menurut penelitian. Struktur keluarga dan trauma. Gangguan di struktur keluarga dapat mempengaruhi kesehatan mental anak dan orangtua. Biasanya anak-anak yang mengalami kecemasan, mengalami hambatan psikologis, waktu mereka remaja atau dewasa awal, biasanya mereka tumbuh didalam keluarga yang memiliki interaksi yang tidak baik, tidak pas, ada ekspresi emosi yang tinggi, misalkan kalau anak tidak suka, salah satu keluarganya tidak suka, hal tersebut dilakukan dengan bentak-bentak atau mungkin berbicara dengan anak terlalu blak-blakan, tidak menjaga perasaan dan sebagainya dan tidak memberikan bimbingan yang tepat. Ketika anak ini dilakukan konseling bersama keluarganya dan keluarganya diberikan masukkan agar mereka berperilaku lebih baik lagi dengan satu sama lain, ternyata di sini perubahan terlihat. Sehingga sebenarnya penyembuh anak adalah keluarga, karena kita berasal dari keluarga, tapi kalau keluarga kita nggak bisa memberikan kesembuhan ketika interaksi satu sama lain itu tidak bagus. Jadi itu fungsi dari konseling keluarga. · Konseling dengan family terapi dapat membantu anak-anak yang mengalami permasalahan psikologi untuk dapat pulih kembali dan mendapat support system yang baik dari keluraga. · Konseling pasangan pranikah untuk langkah pencegahan timbulnya perceraian juga penting untuk dilakukan. · Menghubungi layanan kesehatan mental untuk melakukan konsultasi seperti psikolog juga sangat membantu.
Monday, 26 Aug 2024 11:25
Author: Ni Luh Rasmin., S.Psi., M.Psi., Psikolog, CRT
Gangguan Kepribadian Ambang, atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Borderline Personality Disorder (BPD), adalah kondisi mental yang memengaruhi bagaimana seseorang berpikir, merasakan, dan berinteraksi dengan orang lain. Meskipun sering kali tidak dipahami dengan baik, BPD adalah gangguan serius yang dapat menyebabkan kesulitan dalam hubungan interpersonal, pengendalian emosi, dan perilaku sehari-hari.Ciri-ciri Gangguan Kepribadian AmbangOrang yang mengalami BPD sering kali menunjukkan beberapa ciri-ciri khas, antara lain:Ketidakstabilan Emosional: Individu dengan BPD sering mengalami perubahan suasana hati yang ekstrem dalam waktu singkat. Mereka mungkin merasa sangat bahagia pada satu saat dan kemudian sangat marah, cemas, atau putus asa dalam hitungan jam atau hari.Ketakutan Akan Penolakan: Orang dengan BPD sering memiliki ketakutan yang kuat akan ditinggalkan atau ditolak. Hal ini dapat menyebabkan mereka berusaha keras untuk menjaga hubungan, bahkan sampai mengembangkan perilaku cemas atau mengatur hubungan yang tidak sehat.Perilaku Impulsif: Mereka mungkin terlibat dalam perilaku berisiko yang berbahaya, seperti penyalahgunaan zat, perilaku seksual yang tidak aman, atau pembelanjaan berlebihan. Tindakan ini sering kali dilakukan tanpa memikirkan konsekuensi.Kesulitan dalam Menjaga Identitas Diri: Individu dengan BPD dapat merasa bingung tentang siapa mereka sebenarnya, dan dapat secara drastis mengubah pendapat dan nilai-nilai mereka, tergantung pada lingkungan sosial atau hubungan yang sedang berlangsung.Perasaan Kosong dan Keterasingan: Banyak orang dengan BPD melaporkan perasaan kosong yang mendalam dan sering merasa terasing dari orang lain meskipun berada dalam kerumunan.Penyebab dan Faktor RisikoPenyebab pasti BPD masih belum sepenuhnya dipahami, tetapi diyakini bahwa kombinasi faktor genetik, lingkungan, dan neurobiologis dapat berkontribusi. Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengembangkan BPD meliputi:Pengalaman Trauma atau Penyalahgunaan di Masa Kecil: Banyak individu dengan BPD melaporkan pengalaman traumatis selama masa kanak-kanak, seperti kekerasan fisik, emosional, atau seksual.Ketidakteraturan Keluarga: Dinamika keluarga yang tidak stabil, seperti perceraian, ketegangan, atau ketidakhadiran orang tua, dapat berkontribusi pada perkembangan BPD.Faktor Genetik: Ada bukti bahwa BPD dapat diturunkan dalam keluarga, meskipun lebih banyak penelitian diperlukan untuk memahami sepenuhnya hubungan ini.Pengobatan dan DukunganMeskipun BPD bisa menjadi tantangan, banyak orang dengan gangguan ini dapat melakukan perbaikan yang signifikan dengan bantuan. Terapi berbasis dialektis (Dialectical Behavior Therapy, DBT) adalah salah satu pendekatan yang paling umum dan efektif dalam pengobatan BPD. DBT mengajarkan keterampilan pengendalian emosi, pengelolaan stres, dan meningkatkan hubungan interpersonal.Selain terapi, obat-obatan tertentu juga dapat membantu mengatasi gejala yang terkait dengan BPD, seperti depresi dan kecemasan. Namun, pengobatan harus selalu dilakukan di bawah pengawasan profesional kesehatan mental.KesimpulanGangguan Kepribadian Ambang adalah kondisi yang kompleks, tetapi dengan pengobatan yang tepat dan dukungan yang memadai, banyak individu dapat belajar untuk mengelola gejala mereka dan menjalani kehidupan yang lebih memuaskan. Penting bagi masyarakat untuk lebih memahami BPD dan mengurangi stigma yang sering melekat pada gangguan kesehatan mental, agar lebih banyak orang dapat mencari bantuan dan dukungan yang mereka butuhkan. Setiap langkah menuju pemahaman yang lebih baik adalah langkah besar menuju perbaikan dan pemulihan.
Sunday, 11 Aug 2024 13:48
Author: dr. Cindy Gautama, SpKJ
Pernahkah merasa pasangan tidak menunjukkan rasa cintanya? Atau…Pernahkah merasa pasangan kehilangan rasa cintanya pada kita setelah bertahun-tahun menikah?Tunggu dulu…yuks kita cek “Bahasa cinta kita dan pasangan”Ternyata. . . menurut Gary Chapman, Penulis buku a The Five Love Languages, apa yang membuat seseorang merasa dicintai tidak selalu sama dengan orang lain. Chapman juga mengungkapkan bahwa meluangkan waktu untuk belajar dan benar-benar memahami bahasa cinta utama pasangan yang sering kali berbeda dengan bahasa cinta kita sendiri, dapat meningkatkan komunikasi serta mermperkuat ikatan diantara kita dan pasangan. Bahasa cinta atau menurut konsep disebut The Five Love Languages merupakan sebuah bentuk komunikasi verbal maupun non-verbal antarpasangan yang ingin meningkatkan kualitas serta kesejahteraan hubungan dari kedua individu.Salah seorang Psikoterapis dan Penulis buku “Dr.Romance’s Guide to Finding Love Today”, yaitu Dr. Tina B. Tessina, juga juga melihat adanya manfaat dari penggunaan bahasa-bahasa cinta ini untuk mengekspresikan rasa kasih sayang. Memahami bagaimana cara kita sendiri dan juga pasangan mengekspresikan cinta, serta memahami bagaimana ekspresi cinta kita dan pasangan berbeda. Hal itu dapat membantu kita untuk bisa mencintai pasangan dengan lebih baik, yaitu dengan cara favoritnya.Setiap individu memiliki wadah emosi yang perlu diisi supaya tetap merasa dicintai yaitu dinamakan love tank. Dengan memahami bahasa cinta, diharapkan tiap pasangan dapat saling mengisi love tank masing-masing sehingga tercipta perasaan saling mencintai dan dicintai yang memberi dampak positif dalam pemeliharaan hubungan romantic mereka.Terdapat lima dimensi pada bahasa cinta menurut Chapman, antara lain: 1. Word of Affirmation atau kata afirmasi adalah bahasa cinta yang terdiri dari pemberian kata-kata yang penuh kasih sayang dan positif kepada orang yang dicintai.2. Quality Time atau berbagi waktu berkualitas adalah bahasa cinta yang melibatkan perhatian pada pasangan dengan menghabiskan waktu bersama atau memberikan perhatian penuh saat bersama.3. Receiving Gift atau menerima hadiah merupakan salah satu bahasa cinta ketika seseorang merasa dicintai saat pasangannya memberikannya hadiah. Hadiah tidak harus selalu mahal atau diberikan secara teratur, tetapi bagi sebagian orang, hadiah itu lebih dari sekadar uang, tentang bagaimana seseorang memikirkannya dalam hadiah tersebut.4. Acts of Service atau perlakukan melayani adalah bahasa cinta dimana sebagian orang merasa dicintai ketika mereka menerima bantuan dan bantuan dari pasangannya atau diperlakukan seolah-olah mereka sedang dilayani dalam kegiatan sehari-hari mereka.5. Physical Touch atau sentuhan fisik adalah bahasa cinta yang mengungkapkan keintiman, perasaan cinta, dan perasaan aman saat menerima sentuhan fisik. Ini dapat diungkapkan kepada pasangan melalui berpegangan tangan, berpelukan, dan bercinta. Mari mulai belajar tentang Bahasa Cinta dan mulai menyadari dan memahami Bahasa cinta kita dan pasangan Terima Kasih dan Semoga Bermanfaat-selamat Belajar-
Sunday, 17 Mar 2024 09:17
Author: Putu Aris Indrayani,M.Psi.,Psikolog
Pengguna
Tenaga Profesional
Konsultasi
Dukungan Kapan Saja